• HOME
  • IRT Lyfe
  • Parenthood
    • School
    • Ghazi
    • Hanuun
  • NTMS
  • Review
  • Marriage
  • Freebies

rachmah inayah


Assalamualaikum!

Teman-teman, kalau selama ini kita disibukkan dengan dana pendidikan anak, dana pendidikan pribadi, dana darurat, dana pensiun, dan dana-dana lainnya, ternyata ada satu hal yang ternyata harus dipikirkan terutama untuk kita yang beragama islam, yaitu dana haji. Pernah terpikir ngga sih untuk mempersiapkan dana haji? Nah saya mau cerita nih, pertengahan Agustus kemarin, saya dan suami Alhamdulillah memantapkan niat dan aksi untuk mendaftarkan kursi haji. Sepertinya sayang banget kalau saya tidak bagikan di blog ini. Insya Allah, niat saya bagikan di sini bukan berarti saya ingin pamer atau riya naudzubillahimin dzalik mudah-mudahan Allah menjauhkan niat saya dari yang seperti itu. Namun murni sebagai informasi dan ajakan bagi teman-teman lain untuk yuk semangat menuju haji. Menurut saya, persoalan haji ini rasa-rasanya lumayan rumit ya. Nanti insyaAllah akan saya jelaskan mulai dari alasan, sampai prosedur pendaftaran kursi haji.

Tentang Haji

Jika dilihat dari hukum asal haji adalah: wajib bagi yang telah melengkapi syarat sah dan wajibnya haji. Ini bisa dilihat dari QS Ali Imron: 97

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (QS. Ali Imron: 97)

dan HR Bukhari no 8 dan Muslim no 16 & 1337:

“Islam dibangun di atas lima perkara: bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mengaku Muhammad adalah utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah di tengah-tengah kami. Beliau bersabda, “Wahai sekalian manusia, Allah telah mewajibkan haji bagi kalian, maka berhajilah.” Lantas ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah setiap tahun (kami mesti berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan ‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian sanggup.” (HR. Muslim no. 1337)

Semua menyebutkan secara garis besar bahwa hukum haji adalah wajib, sebagaimana haji manjadi pilar kelima dari rukun islam. Tentu saja, Allah pastinya tidak memberatkan hambaNya, sehingga haji ini dijadikan pilar yang terakhir setelah seorang muslim bisa melakukan semua keempat pilar. Seorang muslim bisa berhaji kalau mampu. Tapi bukan berarti memasrahkan diri jika belum mampu, tetap berusaha untuk menabung dan berdoa semoga Allah mengundang kita semua di tanah al-Haram. Aamiin-aamiin ya Rabbal'alamiin.

Sudah jadi rahasia umum kalau haji di Indonesia ini sudahlah mahal, semakin banyak tahun semakin lama antriannya. Sebagai informasi, untuk taun 2019 ini saja jadwal antrian haji paling lama bisa mencapai 21 tahun. Coba bayangkan, okelah saat ini usia masih 30 tahun, badan masih segar bugar, semangat mencari rezeki sana sini. 21 tahun kemudian? Umur sudah 50an, belum lagi penyakit mulai datang, badan sudah mulai ringkih. Saya ngga terbayang ya kalau mendaftar haji reguler untuk beberapa tahun atau bahkan belasan hingga puluhan tahun ke depan. Haji plus saja harus menunggu minimal 5 tahun setelah mendaftar. Hehe, waktu itu mahal harganya ya. Nah inilah yang menjadikan dasar bagi saya dan suami akhirnya memantapkan untuk mendaftar haji.

Sejujurnya tak ada dana khusus untuk mendaftarkan haji. Kami punya sejumlah dana yang memang diperuntukkan dana darurat, itu pun masih belum tercukupi seluruhnya. Yaa kalau mau ideal, dana darurat itu jumlahnya minimal 12 kali pengeluaran per bulan. Kami baru sekitar 2/3 dari keseluruhan. Itu pun tidak ada dana pendidikan anak, tidak ada dana pensiun. Bismillah saja kami ikhtiar pakai saja dana itu untuk perjalanan menuju haji. Kalau dilihat dari kacamata hitung-hitungan manusia ala financial planner, ini cari mati ya hahaha. Tapi kami yakin, hitungan Allah pasti berbeda kalau niat kami tulus karena Allah, ingin melakukan perjalanan ini.

Awal perjalanan ini dimulai dari buku tabungan haji yang teronggok manja di lemari. Saya punya dari tahun 2011, sedangkan suami punya tahun 2014 setelah kami menikah. Awalnya semangat sekali transfer sekian secara rutin. Tapi lama-lama terlupakan. Sampai pada waktunya saya terbayang,

"Kayaknya udah butuh punya mobil nih, tapi belinya harus cash ya. Berapa sih harganya? Oh, untuk 7-8 kursi paling murah sekitaran 100jutaan. Waw lumayan ya. Eh tapi sepertinya kita ngga butuh-butuh banget deh, masih bisa pakai motor kemana-mana, kereta, taksi online, dan masih bisa pinjam mobil orangtua ehehehe. Kenapa uangnya ngga dipakai buat daftar haji reguler aja ya? Satu orang hanya 25 juta, jauh lebih murah daripada membeli sebuah mobil. Lagipula, selama menunggu antrian haji, kita bisa menabung lebih banyak untuk membeli mobil lain waktu insyaAllah."

Okay. Akhirnya saya komunikasikan hal ini ke si Mas dan Mas setuju!

Berbondong-bondonglah kami (waelah macem bedol desa) usaha jual emas simpanan ke antam di Pulogadung, yang dengar-dengar harga beli dan jualnya paling menguntungkan dibanding tempat jual beli emas lainnya. Setelah ada uang tunai, kami langsung ke Bank. Oh ya, sebelumnya, saya mau menjelaskan terlebih dahulu mengenai prosedur pendaftaran kursi haji reguler.

Prosedur Pendaftaran Haji Reguler

Bank

Beberapa tahun belakangan, Kementerian Agama RI, selanjutnya disebut Kemenag, telah menerapkan aturan baru bagi calon jamaah yang ingin mendaftarkan haji. Semua calon jamaah harus membuka tabungan haji terlebih dahulu sebelum mendaftar. Tabungan haji ini bisa dibuka di bank-bank yang sudah bekerja sama dengan Kemenag, seperti Bank Syariah Mandiri (BSM), BNI Syariah, Bank Muammalat, BRI Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Permata, Bank CIMB Niaga Syariah, Bank Mega Syariah, BTN Syariah, Bank Jateng, Bank DKI, Bank Jatim, Bank Sumsel, Bank Aceh Syariah, dan Bank Riau Kepri. Cara membuka tabungan juga sangat mudah, sama seperti tabungan-tabungan lainnya, hanya dengan menyetor uang sebesar Rp 100.000 dan KTP. Kemudian tabungan berfungsi layaknya seperti tabungan biasa. Bedanya tidak ada kartu ATM dan tidak dapat ditariktunai ataupun ditransfer kecuali untuk keperluan haji atau yang bersangkutan meninggal dunia. Jika dana di tabungan sudah mencapai nominal 25 juta rupiah, maka dari Bank akan memberikan notifikasi bahwa nasabah sudah dapat mendaftar kursi haji reguler. Hal tersebut bisa dilakukan dengan langsung menyetor uang sejumlah 25 juta atau dengan menyicil sedikit demi sedikit hingga mencarai angka 25 juta rupiah.

Sampai pada tahap ini, saya dan si Mas langsung membawa persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh nomor validasi dari Bank, seperti:

  • Buku tabungan haji
  • Fotokopi KTP
  • Materai Rp 6000 sebanyak 2 buah (atau biasanya bank menyediakan materai, nasabah bisa membeli di tempat)
  • Pasfoto 3x4 (proporsi wajah sekitar 80%) berlatar belakang putih sebanyak 5 buah
Sebagai contoh, foto dengan proporsi wajah 80% adalah seperti ini:


Silakan diskusikan dengan bank tempat menabung ya, soalnya masing-masing bank punya kebijakan masing-masing soal persyaratan ini. Secara umum sama, hanya saja mungkin berbeda di jumlah barang.

Di bank, kami mengisi Surat Pernyataan Calon Haji (SPCH) yang ditandatangani di atas materai

Surat Pernyataan Calon Haji

Setelah mengisi SPCH, kami masing-masing mendapatkan tanda bukti setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH). Tanda bukti inilah yang di dalamnya terdapat nomor validasi yang selanjutnya dibawa ke Kemenag.

Tanda bukti setoran awal BPIH

Kementerian Agama

Alur Pendaftaran Haji Reguler (sumber)

Lalu daftarnya ke Kemenag mana ya? Coba lihat kabupaten atau kota di KTP masing-masing, masuk ke wilayah mana? Biarpun kami berdua berdomisili di Cibinong, kabupaten Bogor, KTP kami masih di Jakarta Timur kok ehehehe, kami pun selanjutnya pergi ke Kemenag Jakarta Timur yang letaknya di Jalan Terusan I Gusti Ngurah Rai. Iya, jadi pendaftaran haji disesuaikan dengan KTP masing-masing ya.

Oya, perlu diperhatikan ya, sebelum mendaftar ke kemenag, baiknya tanya-tanya langsung apa sih persyaratan yang diperlukan. Karena saya sendiri yang sudah baca bermacam-macam sumber pengalaman orang lain pun masih ada perbedaan. Sebagai pengalaman, persyaratan yang saya bawa saat mendaftar di Kemenag adalah:

  • Bukti validasi bank / tanda bukti setoran awal BPIH
  • Fotokopi KTP yang masih berlaku (halaman depan dan belakang KTP diperbesar dalam 1 halaman kertas ukuran A4) sebanyak 5 lembar
  • Fotokopi buku rekening tabungan haji (halaman terakhir setoran dan halaman paling depan yang ada data nasabah) sebanyak 2 lembar
  • Fotokopi Kartu Keluarga sebanyak 2 lembar
  • Fotokopi Akta Kelahiran atau Ijazah atau Buku Nikah sebanyak 2 lembar
  • Pasfoto ukuran 3x4 sebanyak 11 lembar dan ukuran 4x6 sebanyak 4 lembar. Kedua ukuran foto tetap dengan proporsi wajah sekitar 80% dan berlatar belakang putih


Setibanya di Kemenag, kami mengisi Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH). Setelah itu, semua persyaratan pendaftaran dimasukkan ke map yang sudah disediakan pihak Kemenag

  

Saran saya, silakan sediakan fotokopi atau pasfoto sebanyak-banyaknya agar tidak bolak balik fotokopi atau cetak foto hahaha. Ini pengalaman saya sih. Rasa-rasanya sudah cetak banyak tapi kok ya akhirnya masih kurang juga.

Setelah itu, diserahkan ke petugas dan menunggu antrian. Jika sudah dipanggil, scan sidik jari dan foto, kemudian menunggu antrian lagi untuk tanda tangan. Sebelum tanda tangan, silakan dicek semua data pribadi yang ada sehingga tidak ada kesalahan. Jikalau di masa yang akan datang ada perbedaan data, silakan diperbaharui dengan cara datang langsung ke Kemenag wilayah masing-masing.

Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH)

Nah, semua prosedur pendaftaran kursi haji reguler sudah selesai. Tahun keberangkatan akan bisa dilihat 10 hari setelah pendaftaran melalui aplikasi Haji Pintar di smartphone atau web Kemenag dengan mengisi nomor porsi masing-masing calon jamaah. Saran dari petugas, semua dokumen seperti tanda bukti setoran awal BPIH dan SPPH dilaminating supaya aman dan disimpan. Karena menunggu hingga 20 tahun itu sangat lama ya mudah-mudahan dokumennya aman sentosa eheheheh.

Ohya, semua prosedur pendaftaran kami lakukan hanya di satu hari. Kalau semua persyaratan sudah lengkap semua, prosesnya hanya memakan waktu sekitar 4 jam saja, dengan catatan datang di pagi hari ya supaya tidak terpotong waktu istirahat dan antrian yang panjang. Semua pendaftar harus mendaftarkan dirinya, tidak boleh diwakilkan karena ada tahapan menandatangani dokumen, foto, dan memindai sidik jari. OKE! Semua prosedur pendaftaran sudah selesai. Mungkin terasa agak ribet ya, tapi kalau datang langsung ngga kok, semua cepat dan lancar.

Sebelum menulis ini, saya sempat bagikan di Instagram Stories, ternyata ada beberapa pertanyaan dari teman-teman yang sepertinya perlu saya tulis di sini.

Tanya Jawab Seputar Haji

Q: Berapa biaya haji?
A: Tergantung embarkasi masing-masing daerah. Untuk Jakarta haji reguler kira-kira sebesar Rp 34,9 juta di tahun 2019 (sumber: Kemenag). Sedangkan haji plus mulai dari $1000 ke atas tergantung fasilitas dari travel.

Q: Jika ada rezeki berlebih dan mau daftar untuk haji plus apa bisa?
A: Bisa. Silakan datang ke Kemenag untuk membatalkan antrian haji reguler, kemudian mendaftar kembali untuk haji plus.

Q: Setelah saya menyetor uang 25 juta dan mendaftar kursi haji, lalu uangnya bagaimana ya?
A: Biasanya setiap bank akan meminta nasabah untuk melebihkan saldo tabungan, misalnya total saldo Rp 25.100.000. Sedangkan biaya haji nanti di tahun 2040 sebesar Rp 40juta. Maka ada sisa dana sejumlah Rp 14,9 juta yang harus dilunasi sebelum keberangkatan haji. Pelunasan tersebut boleh dilakukan dengan cara dicicil atau dibayarkan secara tunai ke rekening tabungan haji yang sama.

Q: Saya belum ada dana sebesar itu untuk daftar haji, bagaimana ya?
A: Tidak apa-apa lho. Mari niatkan dan ikhtiar saja untuk membuka rekening tabungan haji dan menyicilnya sedikit demi sedikit. Jikalau Allah mengizinkan, rezeki, umur, dan segalanya insyaAllah akan dipermudah mulai dari menjelang keberangkatan, beribadah, hingga kembali lagi ke tanah air. Aamiin ya Rabbal 'alamiin.


Sekian penjelasan dari saya. Mengingat antrian haji yang sangat lama ini, baiknya haji memang perlu direncanakan sedini mungkin. Misalnya pun belum ada dana sebanyak itu, bisa dimulai dengan membuka rekening tabungan dan menyicilnya sedikit demi sedikit. Jikalau Allah ridho, insyaAllah akan dipermudah jalannya, dan jangan pernah takut untuk berkurang harta untuk haji ini, insyaAllah pahalanya setara degan jihad fii sabilillah :)

Semoga Allah cukupkan harta, rezeki, umur, dan segalanya bagi kita. Semoga Allah undang kita semua untuk bisa dengan mudah beribadah menunaikan haji di tanah Haram aamiin aamiin ya Rabbal 'alamiin.

Terima kasih sudah membaca yaa Wassalamu'alaikum :)

sumber:
https://kemenag.go.id/berita/info_grafis_read/8/tata-cara-dan-persyaratan-pendaftaran-haji-reguler
https://rumaysho.com/2633-ringkasan-panduan-haji-1-hukum-dan-syarat-haji319.html
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


20:30
Saat ini anak-anak sudah tidur. Suami juga sedang keluar dalam beberapa jam ke depan. Ini waktunya saya sendiri menikmati waktu yang ada, me time katanya. Saya coba ambil brush pen untuk menulis tapi tidak mood. Akhirnya saya coba buka laptop dan menulis yang bisa saya tulis.

Mungkin ini waktunya saya berpikir ke belakang, apa yang sudah saya lakukan. Saya tahu, bahwa sekarang sampai beberapa tahun ke belakang adalah tahun-tahun terberat yang pernah saya lalui. Bahwa apa yang saya lalui ini hampir tidak perah terpikirkan sebelumnya akan seberat ini.
Sampai setiap hari hampir meminta tolong seperti berada dalam dua pilihan: menjadi baik, atau buruk. Melakukan sesuatu padahal dalam kepala tidak boleh. Ini masa-masa terberat saya. Yang saya tidak tahu kapan selesainya.

Saya punya dua anak yang jadi tanggung jawab. Tapi di satu sisi saya tidak yakin bahwa saya bisa memegang penuh tanggung jawab itu. Terlalu berat. Bahkan terasa tidak adil bagi saya memegang sendiri. Saya bahkan sering berfikir apakah seorang ibu akan selalu seperti ini, dibayang-bayangi tanggung jawab akan anak-anaknya, terasa seperti beban.

Bahwa seorang ayah sepertinya tidak mungkin punya tanggung jawab langsung sebesar ini --walaupun nyatanya memang ia punya tanggung jawab lebih besar terhadap keluarganya--. Bahwa apa yang dilakukan seorang anak tidak langsung berpengaruh pada seorang ayah, tapi ibunya, terutama segala kejadian buruk yang ada. Dan tak akan terasa jika sesuatu yang baik akan terbawa pada ibunya.

Saya yang sering berpikir bahwa pekerjaan ibu di rumah adalah hina. Segala kegiatan rumah dilakukan semata menjadikan nyaman orang yang ada di dalamnya. Meskipun ibu saya adalah seorang ibu di rumah, saya tak merasakan hina dalam dirinya. Mungkin saya yang merasa hina pada diri saya sendiri. Bahwa saya kehilangan sedikit demi sedikit kepercayaan diri, rasa berharga dalam diri, identitas diri saya yang lama hilang, entah kemana.

Saya punya mimpi jauh di belakang. Sudah bertahun-tahun saya kempit sendirian sampai perlahan serpihannya hilang, berganti menjadi tanggung jawab yang sepenuhnya tidak saya inginkan. Bukan saya tidak menginginkan kebahagiaan lain dari anak-anak, tapi terasa kebahagiaan lama saya hilang entah kemana. Sampai tak ada semangat lagi meraih mimpi saya yang lama. Masih ingin sih, tapi kapan ya bisa tercapai. Apakah masih bisa? Ataukah harus ikhlas saja begitu?

Kata orang, ini adalah pause button, masa-masa istirahat sementaramu. Dari hiruk pikuk dunia luar, dunia penuh impian, berkelana bebas, tinggi jauh semaumu. Iya, sekarang kamu harus diam dulu di situ. Menikmati segala rengekan, ocehan, tingkah menyebalkan anak-anakmu dulu. Masa untuk merekam segala senyum, tawa, celotehan, cium sayang dari anak-anakmu yang mungkin nanti tak akan kembali lagi. Iya berat memang menikmati masa istirahatmu ini, ngga segampang kata orang-orang yang sudah lebih dulu melewatinya. Eh tapi bukankah begitu? Semua bisa bilang ini itu mudah kalau sudah terlewat begitu saja, kan? Sabar ya, nikmati masa-masa krisismu ini. Coba bangun lagi kalau jatuh, tersenyum lagi kalau sudah selesai menangis, tahan amarahmu lempar ke bantal di kasur sana.

Masih kesal atau sedih tak ada harapan? Coba tulis lagi ya. Siapa tahu jadi berkurang dan bergani jadi lebih baik.

Jangan berlarut-larut. Berlebihan itu tidak baik.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Assalamu'alaikum. Hello guys! Welcome back to my blog! (cita-cita jadi youtuber yang tak kesampaian lol). Postingan kali ini antara serius banget nulisnya, tapi ngga terlalu yakin dan pede juga karena bukan ahli di bidangnya, tapi saya ingin sekali share ini ke teman-teman semua yang mungkin membutuhkannya.

Sebagai intermezzo, saya mau cerita nih. Selama lima tahun saya menikah, dua tahun pertama pernikahan, saya dan suami masih tinggal di rumah orangtua. Begitu tahun ketiga pindah di rumah sendiri, saya dan suami baru saja merasakan gonjang ganjingnya mengatur keuangan. Yang tadinya biaya rumah, listrik, makan sehari-hari, dll. numpang sama orangtua, sekarang harus sendiri. Selain itu, kami berdua bukan tipe yang mudah menghambur-hamburkan uang untuk beli barang branded misalnya. Atau bolak balik beli baju, tas, sepatu. Namun seringkali uang yang ada di ATM kok ya cepat sekali habisnya. Ada apakah gerangan? Oh ternyata setelah ditelusuri, uang yang hilang itu keluarnya ke makanan. Kami senang sekali makan di luar. Seminggu sekali makan di restoran. Setiap hari pasti beli makanan di luar, tidak pernah masak di rumah. Alhasil, sekitar 80% gaji suami habis untuk makan! *prok! prok!prok!* Bravo!

Lalu, gimana dong ya cara mengatasinya? Ya mau ngga mau harus rembukan dulu ya. Diskusi segala macam tentang perintila mengatur keuangan rumah, dan terkadang diselipi trial and error di bulan-bulan pertama karena belum terbiasa dengan pengeluaran yang ada. Belum tahu tuh listrik sebula itu habisnya berapa, belum tahu kalau makan sebulan itu habisnya berapa, belum lagi kalau sekali-kali diselingi makan di luar. Ya sempat aja di suatu masa di akhir bulan uang sudah tiris menipis, lalu merogoh segala kantong, berharap ada kepingan koin atau bahkan lembaran biru atau merah terselip di sana. Hahaha kalau dipikir-pikir waktu itu perjuangan amat ya. Alhamdulillah sekarang keadaan jauh lebih baik dan bisa mengatur dengan cukup baik.

Nah berikut ini saya jelaskan satu per satu langkah-langkahnya. Smeuanya ini saya dapat dari berbagai sumber ya, ada yang dari ceramah finansial keluarga, Instagram story orang-orang, dan yang paling penting sih pengalaman sendiri:

1. Tentukan dulu siapa manager dan pelaksana keuangannya.

Siapa yang mau mengatur keuangan di rumah? Apakah istri atau suami atau keduanya? Ada ya tipe keluarga yang keuangannya diatur semua oleh istrinya. Jadi setelah gajian, semua gaji ditransfer ke istri, dan istri bebas mengatur. Atau sebaliknya, suami yang sepenuhnya mengatur dan bayar, istri hanya mendapatkan yang jadi jatahnya saja. Ada juga yang seperti saya, istri dan suami bersama-sama mengatur.

Sebelum gajian, biasanya kami berembuk dulu. Pemasukan bulan ini akan dialokasikan kemana saja dan besarnya berapa. Setelah daftar pos-pos sudah ada, waktunya membagi tugas. Siapa yang akan membayarkan ini semua? Semisal saya bagian belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket dan kebutuhan memasak di pasar, tabungan, biaya tunjangan anak seperti popok, susu, dan barang-barang anak lainnya. Sedangkan suami bagian membayar listrik, cicilan rumah, iuran sampah dan keamaan komplek. Kami berdua mempertimbangkan ini supaya kami sama-sama tahu menahu soal keuangan di rumah. Jadi begitu defisit bisa cepat ditangani bersama, kalau ada lebihan lumayan kan bisa untuk liburan atau tambahan di tabungan. Selain itu kami tahu betul di masyarakat umum kalau masalah keuangan ini adalah masalah yang rawan konflik. Jikalau kami tahu besaran uang yang keluar dan masuk, insyaAllah bisa mengurangi potensi konflik yang ada.

2. Buat rencana pengeluaran keuangan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, setelah menentukan manager, buat pos-pos pengeluaran.

Misalnya:
1. Pos untuk kebutuhan sehari-hari, terdiri dari:
- Belanja bahan makanan di pasar besarnya Rp 200.000 x 4 kali = Rp 800.000
- Belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket/minimarket besarnya Rp 700.000
2. Pos untuk rumah tangga, terdiri dari:
- Listrik besarnya Rp 400.000
- Gas besarnya Rp 100.000
- Air galon Rp 20.000 x 12 galon = Rp 240.000
- Iuran sampah dan keamanan Rp 50.000
- Sevice alat elektronik, semacam cuci AC sebesar Rp 100.000
dan lainnya.

Besarnya pengeluaran tergantung dari masing-masing keluarga. Mungkin ada beberapa ahli perencanaan keuangan yang merekomendasikan persentase tiap pengeluaran. Misalnya besaran cicilan atau hutang maksimal 30% dari penghasilan, tabungan minimal 10%, dan sebagainya. Kalau bisa seperti itu alhamdulillah ya.

Setelah semua selesai, bagi tugas jika suami istri bersama-sama jadi pelaksana.
Oh ya, saya buat contoh tabel pengeluaran rumah tangga di bawah ya. Bisa diisi dan diubah sesuai keinginan, tapi hati-hati jika rumusnya terhapus :)

3. Taruh di amplop untuk pengeluaran yang bersifat tunai/cash (opsional)

Kalau sekarang mudah saja ya kalau mau transaksi ini itu. Makan di restoran tinggal pakai debit. Belanja di supermarket juga begitu. Tapi ya ngga semuanya bisa begitu kan. Seperti belanja di pasar masih harus pakai uang tunai, beli di warung pakai uang tunai. Mau ngga mau kita tetap harus sedia uang tunai di dompet. Kadangkala kalau sudah ambil uang tunai di ATM, tahu-tahu besoknya habis sudah yang ada di dompet. Mengutip dari instagram @annisast, rencananya mau beli air satu galon, kembaliannya lalu untuk beli cemilan, beli yang lainnya. Akhirnya uang kembalian habis. Mau tidak mau, akhirnya ambil uang lagi di ATM. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Saya juga baru tahu soal hal ini dan baru saya coba dalam beberapa bulan ke belakang.

Setelah tahu jelas pos-pos pengeluaran, hitung berapa total pengeluaran yang akan dibayar secara tunai. Lalu ambil uang tunai sejumlah itu, atau jika ragu, bisa ambil setengahnya, atau bisa dihitung per minggu. Misalnya dalam satu minggu total pengeluaran ada Rp 600.000, termasuk biaya makan, ke pasar, dll. Kemudian masukkan uang-uang tersebut ke dalam amlop yang sudah diberi keterangan. Satu amplop untuk makan, satu amplop untuk kebutuhan sehari-hari, satu amplop untuk rumah tangga, dll. Kalau sempat, bisa beli model amplop yang memiliki banyak sekat di dalamnya, namanya amplop akordeon. Kalau ngga, bisa tetap pakai amplop putih biasa.

Amplop akordeon (sumber)

4. Catat pengeluaran sekecil apapun

Ada saja lho orang dengan mobilitas tinggi sehari bisa keliling beberapa tempat. Seringkali, pengeluaran seperti parkir yang hanya Rp 2.000-3.000 ternyata kalau diakumulasi dalam sebulan bisa sampai puluhan ribu. Belum lagi kalau misalnya jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Jika satu jam terhitung minimal Rp 3.000, dalam sekali jalan bisa 2 hingga 3 jam, dan sebulan bisa dua atau tiga kali bahkan lebih jalan-jalan, kebayang kan berapa uang yang keluar hanya dari biaya parkir? Karena nominalnya kecil jadi tidak terpikirkan sampai segitunya. Supaya uang tidak lari begitu saja, baiknya dicatat setiap kali transaksi. Atau paling tidak, waktu sebelum tidur bisa dipakai untuk review dalam sehari berapa pengeluaran yang ada.

Salah satu rekomendasi saya adalah dengan memakai aplikasi smartphone. Menurut saya dibanding dengan metode tulis tangan di buku atau input data di tabel excel misalnya, mengisi catatan di aplikasi ini hal paling mudah. Tampilannya user friendly, siapapun bisa mengakses, mudah dan cepat. Salah satu aplikasi kesukaan saya adalah "Expense IQ" yang sudah saya pakai sekitar satu setengah tahun ini.

Expense IQ

Fiturnya ada bermacam-macam. Versi gratisnya, kita bisa memasukkan 3 akun, misal uang tunai, bank, atau sumber keuangan lain. Kemudian pengeluaran bisa diatur sesuai jenis pos pengeluaran yang sudah kita buat sebelumnya. Ada juga fitur Report, yang berarti laporan keuangan dalam sebulan atau waktu yang kita tentukan (custom date range), misalnya pemasukan atau pengeluaran, cash flow, dan saldo. Aplikasi ini juga memungkinan kita untuk membuat rencana pengeluaran per jenisnya lho. Kalau begini akan lebih mudah melihat berapa budget dan uang yang sudah keluar.

Oh ya tapi tidak menutup kemungkinan ya bagi teman-teman lain yang punya aplikasi lebih baik lagi, atau bagi yang senang menulis di buku juga atau di tabel excel juga tidak masalah. Yang penting adalah pencatatan keuangan harus dilakukan secara konsisten.

5. Batasi diri

Hal ini mungkin hal yang paling sulit dari mengatur keuangan rumah tangga. Baru saja gajian, terasa punya banyak uang, lalu dibelikan ini itu padahal belum tentu butuh *ngacaa woy ngacaaaa ngahahaha*. Begitu menjelang akhir bulan, kaget lah bahwa uang hanya tinggal serpihan debu. Yah inilah yang jadi masalah. Kita harus tahu betul jatah pengeluaran sebesar ini. Jika sudah habis, stop. Jangan ambil dari pos yang lain. Jikalau memang terasa sungguh butuh dan tidak ada uang lagi, bisa ambil dari dana darurat. Tapi ini sungguh pilihan terakhir ya. 

Oh ya soal dana darurat dan tabungan harusnya ada bahasan khusus. Berhubung ilmu saya belum mumpuni, jadi saya rekomendasi ke pihak lain yang bisa menjelaskan ya hehehe silakan gugling :D

6. Tinjau ulang rencana dan realisasi pengeluaran

Setelah sebulan mencatat keuangan, lihat lagi dan bandingan dengan rencana pengeluaran yang ada sebelumnya. Apakah sudah sesuai rencana atau malah berlebih? Apakah bisa diubah atau tidak? Jika tidak, atur kembali dengan mengurangi pos-pos yang yang tidak terlalu perlu.

Supaya memudahkan dalam mengatur keuangan, saya lampirkan dokumen Excel yang berisi tabel pengeluaran bulanan dan tahunan. Semoga bermanfaat ya. Kalau ada yang kurang jelas, bisa tulis komentar di bawah, oke.



contoh tabel pengeluaran bulanan


contoh tabel pengeluaran tahunan




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Assalamu'alaikum!

Seperti biasa, blog ini sudah terlalu lama ditinggalkan sampai ketemu tahun baru pfft. Mohon maaf ya hahaha, ini pun baru ketemu ide yang lumayan bisa dimasukkan ke blog. Ya daripada sering update tapi isinya ngga jelas bikin capek bacanya, ya mendingan ditunggu sampai ada ide dulu yha.

Baiklah sekian intermezzonya. Ada tiga topik mengenai seni yang mau saya bagikan di blog kali ini. Saya buat per judul yaa supaya tidak tercampur. Topik pertama ini adalah tentang : Belajar Hand Lettering.

Yeaay. Sedari dulu saya ngga pernah terpikirkan sekalipun untuk belajar tentang hal satu ini. Saya sadar tulisan saya ngga bagus-bagus amat, tapi ya ngga jelek-jelek amat. Biasa-biasa saja la~. Namun belakangan, saya sering lihat karya hand lettering di instagram dan wow keren ya buat tulisan begitu. Saya yang sudah punya kuas dan cat air merek Koi -yang sudah lama teronggok di lemari- pun akhirnya mencoba sedikit demi sedikit. Hasilnya..





Dari tulisan awal ke akhir-akhir ya sama ngga begitu bagus nya sih ya HAHAHAHA (antiklimaks). Namun buat saya yang benar-benar belajar dari nol banget itu susahnya ya Allah. sampai mau udahan yaudah ditutup lagi bukunya, sampai hilang muncul lagi moodnya, sampai yaudah lah, saya nyerah. Lalu lihat-lihat lagi gambar-gambar lettering di instagram dan pinterest, makin jiper lah lol. Pelan-pelan saya coba lagi, menggunakan teknik yang benar dalam membuat hand lettering.
Pakai teknik tebal tipis, tarik ke bawah tebal, kalau ke atas tipis.

Bisa juga lho belajar lewat free printable worksheet di Pinterest. Kita bisa memulai lettering dengan menjiplak, mudah-mudahan lama kelamaan bisa mahir



Bolak-balik lihat di instagram dan Youtube bagaimana cara membuat hand lettering yang benar, ya Alhamdulillah ya, dengan segala kemudahan sekarang ini, belajar otodidak pun bisa dilakoni siapapun lhoo.

Oh ya, saran saya, jangan sungkan untuk memfollow hashtag #handlettering di Instagram, karena di situ ada buanyaaakk sekali yang namanya berbagai jenis hand lettering, mulai dari yang biasa dilihat, versi klasik, sampai mural grafiti pun ada.


Lalu sampai saya bertemu dengan yang namanya Brush Pen. Sungguh penemuan yang sangat bermanfaat di abad ini! Sesuai namanya, sebuah pena yang ujungnya berbentuk seperti kuas. Kalaulah kuas itu harus repot-repot celup-celup air dan cat, brush pen ini tidaklah begitu. Bentuk dan penggunaannya seperti spidol, sangat praktis, tapi bisa dipakai tebal tipis selayaknya kuas.

Mereknya pun sangaaat bermacam-macam. Saya pun masih dalam tahap berkenalan lebih lanjut karena tidak semua brush pen saya pernah coba.


Berikut review empat brush pen yang saya punya:


  1. Faber Castell (pink) : Saya punya 12 warna karena belinya satu set. Harga dari Official store di Shopee sekitar Rp 79.000 (Alhamdulillah dapat harga Rp 59.000 waktu flash sale ahahahaha). Percayalah, don't judge a book by it's cover. Tampilannya sangat tidak meyakinkan, tapi hasilnya saya sukaaa. Apa karena masih baru jadi masih enak dipakai dan hasilnya rapi, tebal tipisnya terlihat.
  2. Snowman (kuning) : Saya punya 4 warna. Harga per buahnya sekitar Rp 7.000 - 8.000. Ujung penanya lebih kecil sedikit daripada Faber Castell, Saya juga suka sekali pakai brush pen ini karena hasilnya bagus
  3. Tombow Dual Brush Pen (hitam) : Ini adalah brush pen sejuta ummat. Semua orang yang senang hand lettering sepertinya punya ini setidaknya satu warna hitam. Saya hanya punya satu saja karena harganya lumayan mahal yaa, sekitar Rp 19.000 hingga 20an ribu perbuahnya. Hasilnya sebenarnya bagus, ujung penanya lentur dan fleksibel, tapi sepertinya brush pen yang saya dapat hasilnya tidak terlalu bagus dan ujungnya seperti agak rusak (nasib bener dah ah). Jadi sewaktu dipakai hasil tulisannya agak berbayang dan aneh.
  4. Artline Stix (biru) : Brush pen ini bentuknya lucu deh, seperti mainan anak-anak. Brush pen ini bagus kalau dipakai untuk hand lettering ukuran besar karena ujung pena nya yang cukup besar. Kalau biasa tulis-tulis yang kecil-kecil hm, mending yang lain deh ya.


Begitu ada si penyelamat brush pen, perlahan hand lettering saya pun jadi lumayan tertolong. Coba dilihat ya perbandingannya:




Jadii, kalau ada yang mau belajar hand lettering, bisa nih mencoba pakai brush pen. Benar-benar membantuu. Jika sudah lancar tebal tipisnya, bisa pakai kuas dan cat air.

Begicu. Sekian berbagi pengalaman dari saya. Semoga bisa menginspirasi. Ohya kalau ada yang mau ditanyakan lebih lanjut, silakan tulis di kolom komentar yaa jangan sungkan :)

Share
Tweet
Pin
Share
4 komentar
Newer Posts
Older Posts

About me




Rachmah Fitrie Inayah

Assalamu'alaikum! Halo! Blog ini adalah lanjutan dari blog saya di Tumblr. Blog ini berisi kehidupan saya selama menikah, memiliki anak, dan rencana ke depan saya. Selamat menikmati :)

loading...

Tumblr Blog

  • Horehorere

Popular Posts

  • Tips Menyimpan Bahan Makanan di Kulkas
    Belakangan ini lagi ramai nih di kalangan ibu-ibu di instagram terutama yaa (saya sih liatnya di situ), sharing tentang cara menyimpa...
  • Preschool di Rumah
    Jadi ibu rumah tangga itu sama kayak wirausaha, harus banyak idenya. Sekali ngga ada ide, jreng. Udah deh kebanyakan leyeh-leyeh di r...
  • #Modyarhood : Berbagi Tugas dengan Suami
    Ehem. Jadi sekarang saya ikutan tema bulanannya #Modyarhood sekalian meramaikan blog ini yang isinya berniat seminggu sekali tapi ber...
  • Ramadhan Activity Pack Vol. 1 [FREEBIES]
    Wah wah wah sungguh! Ramadhan membuatku jadi lebih produktif! Alhamdulillah.. Itu sekarang, ngga tahu nanti lol. Semoga ngga ja...

Pengikut

Categories

  • Art
  • Buku
  • Daily life
  • Freebies
  • Ghazi
  • Haji
  • irt lyfe
  • menikah
  • ntms
  • Opini
  • Preschool
  • Ramadhan
  • Resep
  • Review
  • Techno
  • Vitamin Hati

Arsip Blog

  • ▼  2019 (4)
    • ▼  Agustus (1)
      • Tentang Haji Reguler dan Alur Pendaftaran
    • ►  Juni (2)
      • Pause Button
      • Susah Gampang Mengatur Keuangan Rumah Tangga + Fre...
    • ►  Januari (1)
      • Belajar Hand Lettering
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)

A Part Of

Blogger Perempuan
indonesian hjab blogger
Live Traffic Feed
loading...

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates