Tentang Membangun, Merenovasi Rumah, dan Pertukangan
Sudah lama sekali ya mau tulis
blog tentang ini, tapi maju mundur. Masih hangat-hangat, semangat, tapi
waktunya belum ada karena beberes rumah yang debunya buanyak banget duh
hahahaha. Begitu sudah beres, semangatnya turun, dan hal-hal yang mau ditulis
lupa semua.
Semoga kali ini bisa selesai
semua, dan kalau ada yang terlupa, blog ini senantiasa terupdate setiap kali
ingat. Ehehehehe
Alhamdulillah sudah lewat dari
sebulan, rumah bagian belakang selesai direnovasi. Sebelumnya rumah saya ini
dapurnya outdoor. Sekalian dijelaskan juga kali ya. Rumah saya luas bangunannya
36 m2, luas tanahnya 84 m2. Sedari awal beli, pengembang perumahan hanya
menyediakan tempat cuci piring dan meja dapur kecil di lahan belakang rumah.
Saya memang dasarnya ngga terlalu suka masak, tapi kalau kebutuhan sudah
banyak, anak juga sudah makan ini itu, masa iya ngga masak-masak terus? Hahahaha.
Menuruti kebutuhan itu, saya jadi sesekali sampai lumayan sering memasak.
Kebayang yaa gimana rasanya masak dengan dikucuri sinar matahari sepanjang
hari. Pagi-pagi okelah, kemudian siang makin panas, saya melipir ke depan, ngga
jadi masak hahaha. Belum lagi kalau musim hujan datang, bisa seharian hujan,
saya ngga masak sama sekali lol. Sempat dipasang terpal tapi akhirnya roboh
juga karena badai *applause*.
Kemudian kami buat lahan belakang
menjadi semi outdoor dengan hanya menggunakan kanopi. Kanopinya berbahan
polikarbonat merek Solartuff. Penjelasannya silakan cari sendiri ya hahaha.
Intinya sih ya, atap Solartuff ini bening, tapi ngga panas. Awalnya saya kira
begitu, penjual kanopi juga bilang begitu. Tapi ternyata saya dan beliau juga
ngga tau banget jelasnya. Padahal warna dan jenisnya pun mempengaruhi tingkat
cahaya dan panas yang masuk ke rumah. Waktu itu saya pilih warna yang Bronze.
Terang sih, tapi puanas juga kalau cahaya matahari lagi terik-teriknya. Setiap
masak pun keringat bercucuran, semacam sauna pol. Bagus banget untuk jemur
baju, setengah hari langsung kering, baju pun ngga akan basah karena keujanan.
Persentase transmisi panas dan cahaya Solartuff berbeda tiap warnanya (sumber gambar)
Selain itu, dapur semi outdoor begini ternyata ngga bagus untuk lingkungan
rumah saya, karena tikus dan cicaknya buanyaaaak. Setiap pagi, atau semisal
rumah habis ditinggal beberapa hari, kotoran cicak bertebaran di mana-mana.
Belum lagi debunyaaaaaaa, mamak mau nangis tiap kali bersihin huhuhu. Satu lagi
alasannya yang mendesak adalah... karena ada biawak! Hahahahahha serius! Jadi,
di belakang rumah itu ada sungai kecil dan ada tanah lapang juga. Sesekali ada
biawak yang naik ke dinding rumah, hampir masuk gitu aja. Horor ga si lol. Tapi
sebenarnya mereka ini takut sama manusia lho, kalau kita mendekat, mereka
langsung kabur. Ya tetep sih ya, keselamatan nomor satu hahaha.
Akhirnya sampai dapat rezeki untuk
renovasi rumah, kami rancang dengan sebenar-benarnya, sesuai yang SAYA mau
hahahaha. Iya, soalnya saya yang setiap hari pakai, jadi saya yang full
merancang semuanya. Sebenarnya waktu itu agak dadakan juga sih, karena langsung
ditawari tukang yang lagi available. Dengar-dengar itu juga tukang langganan
sepupu ipar, jadi okelah, kami pakai. Ternyata setelah merasakan sensasi
renovasi rumah dan berurusan dengan pertukangan bangunan, ntaps juga yaaa. Saya
jadi ingin berbagi tentang suka duka, serta perencanaan yang baiknya seperti
apa, supaya nanti-nanti bisa mambangun rumah dengan lebih baik lagi. Nah untuk
memudahkan, saya bagi menjadi beberapa bagian penjelasan ya.
1. MENDESAIN RUMAH
Sebenarnya, kalau punya bugdet
untuk arsitek atau desain interior, pakailah. Seriously. Karena itu akan
memudahkan proses desain mendesain, karena mereka yang benar-benar tahu
seluk-beluk tentang bangunan. Tapi kalau ngga ada, kayak saya, yaudah pasrah
lah ngahaha. Cobalah untuk improvisasi kemampuan diri, keluar dari zona nyaman,
belajar ini itu *set dah sok bisa abis lol maapkan saya netijen*. Silakan banyak-banyak
berdiskusi dengan orang yang pernah dan bahkan sering berurusan dengan
bangun-membangun rumah. Dapatkan tips dan
triknya yang siapa tahu bisa membantu kita kemudian hari. Sebelum mendesain,
cari dulu sebanyak-banyaknya sumber yang kita inginkan. Misalnya desain
scandinavian itu seperti apa sih, minimalist itu seperti apa, mau dapur yang seperti
apa. Saya sangat berterimakasih pada Pinterest yang menyediakan semua desain
yang sangat menyejukkan mata. Silakan buibu cari di Pinterest untuk desain yang
oke nan cantik rupawan.
Well done, Pinterest!
Buat desain 2D dan 3D, jelas beserta ukurannya.
Hal ini penting ya untuk
menyamakan keinginan antara si empunya rumah dengan si tukang. Karena misalnya
kita inginnya jendela sebesar ini, tapi ngga ada ukurannya, yhaa ngga mungkin
si tukang bisa cenayang. Ini juga menghindari adanya kesalahan dalam membangun.
Mau buat meja dapur setinggi 80 cm, tapi ternyata dibikin 60 cm yang ternyata
malah kependekan ya ngga enak juga toh? Saya waktu itu pakai aplikasi gratis di
Hp, namanya “Floor Plan Creator”. Kita
bisa buat desain 2 dimensinya. Perhatikan benar ya ukuran per sentinya, supaya
prosesnya nanti jadi lebih jelas. Kalau sudah dibuat 2 dimensi, bisa diubah ke
menu 3 dimensi, sehingga lebih memudahkan melihatnya. Libatkan juga furnitur di
dalam ruangan tersebut, supaya tidak ada kesalahan dalam ukuran.
Aplikasi Floor Plan Creator (sumber gambar)
Pastikan juga, semua desain sudah
oke berikut ukurannya tanpa ada perubahan sebelum diberikan ke tukang. Kalau
desainnya berubah-ubah, si tukang jadi bingung, nanti hasilnya bisa tidak
memuaskan kan ngga enak juga dilihatnya.
2. JENIS PEKERJAAN
Tulis secara rinci pekerjaan yang akan ditangani. Kalau perlu, buat daftar tertulis apa saja yang dikerjakan tukang dan apa yang kita tangani. Hal ini akan membantu memperjelas soal biaya jasa, ataupun material yang dibutuhkan. Misalnya pada pengalaman saya, tukang hanya bertanggung jawab membuat dinding hingga lubang jendela saja. Sedangkan daun jendela, saya dan suami yang memesan sendiri langsung ke penjual kaca dan alumunium. Tentunya anggaran jasa membuat daun jendela tidak termasuk pada jasa tukang.
3. PERTUKANGAN
Tentukan lebih dahulu mau pakai
tukang yang model harian atau borongan. Masing-masing punya plus dan minus ya.
Tukang harian
Tentu
saja bayarannya dihitung per hari per orang. Itu pun diperjelas, mau
mengerjakan sehari dari pukul berapa hingga pukul berapa. Plusnya untuk tukang
harian, pekerjaan bisa lebih rapi dan tidak terburu-buru. Minusnya, bisa saja
ongkos jadi mahal karena lebih lama pengerjaannya dan orang yang mengerjakan
lebih sedikit dibanding borongan.
Sedangkan tukang borongan,
bayarannya dihitung per pekerjaan, dihitung per
tenggat waktu sampai berapa lama. Biasanya terdiri dari satu tim, ada mandor
dan tukangnya. Misalnya: mengerjakan kanopi berapa jasanya, membuat ambalan
berapa bayarannya, membuat meja dapur, pasang lantai, mengecat, membuat sekat
ruangan. Ukurannya sebesar ini, modelnya sebesar ini, biaya jasanya berapa? Dan
harus win-win solution ya. Iya, sedetil itu, HARUS sedetil itu, supaya tidak
menyesal kemudian. Perhatikan juga bagaimana model komunikasi dan pekerjaan
mereka. Biasanya kita hanya menjelaskan semua desain kepada mandor. Kemudian
dari mandor diteruskan ke tukang. Sama tidak penjelasannya dari yang kita
rinci? Apakah si tukang paham betul dengan desain yang akan dia
kerjakan? Hasil akhir yang menentukan pastinya ada di tukang.
Lalu soal sistem pembayaran.
Ada tukang yang menginginkan beberapa bagian bayaran di awal karena untuk
membeli bahan (jika kita tidak ikut dalam pembelian bahan bangunan), ada yang
bersedia dibayarkan setiap minggunya, atau bahkan di akhir setelah pekerjaan
selesai. Hal ini harus dipastikan juga supaya tidak terjadi miskomunikasi.
Tentunya pekerjaan harus selalu
diawasi ya, karena kan kita ngga tahu misalkan ada tukang yang nakal
berlama-lama dalam bekerja, sehingga bayaran tukang harian menjadi mahal, atau
pekerjaan tukang borongan menjadi terburu-buru karena sudah hampir kena tenggat
waktu.
Satu lagi, pastikan di awal,
apakah tukang bersedia untuk menggaransi pekerjaannya. Semisal ada atap yang
bocor, apakah mereka bersedia untuk membetulkannya secara gratis? Atau
bagaimana kesepakatan yang lebih baik?
4. BUDGETING
Ini nih hal paling penting
bangeet! Jangan sampai pengeluaran untuk renovasi besarnya hingga dua kali lipat
dari rencana awal. Iya kalau ada anggaran dananya, kalau ngga ada, bisa
buntung! Hal ini yang terjadi pada saya kemarin, karena dana di awal tidak
dijelaskan serinci mungkin terkait bahan-bahan dan jenis pekerjaannya. Ada
bahan-bahan yang wah banyak sekali belum masuk daftar budget, ada jenis
pekerjaan yang akhirnya nambah lagi, bengkak lah pengeluarannya.
Benar-benar harus dijelaskan
serinci mungkin yaa. Beneraan! Sekecil keran yang mungkin harganya cuma puluhan
ribu, atau kabel listrik yang cuma berapa ribu. Karena hal sekecil itu bisa
berpengaruh lho ketika ditotal.
Kalau bisa survei bahan lebih
dahulu akan lebih bagus, gengs. Harga semen berapa, pasir, cat, keramik,
plafon, kabel, lampu, keran, dll. Biasanya tukang/mandor bisa mengira-ngira
berapa kebutuhan yang akan dipakai. Tinggal dikali dengan harga barang yang
sudah kita survei. Sedetil mungkin ya, jangan sampai ada bahan yang terlewat. Kalaupun
ada beda harga di akhir, tidak sampai terlalu banyak selisihnya.
Contohnya seperti ini ya untuk
budgeting dengan memakai jasa pekerja borongan:
BAHAN
Semen 5 sak @ Rp 42.000 x 5 =
Rp 210.000
Pasir 1 lot = Rp 240.000
Keramik 20 dus @ Rp 50.000 x 20 = Rp 1.000.000
Dst.
JASA
Pasang kanopi Rp 4.000.000
Ambalan dapur Rp 300.000
Meja Dapur Rp 1.000.000
Tambal dinding retak & cat Rp 500.000
Dst.
5. PENCATATAN KEUANGAN
Sama seperti pengeluaran
sehari-hari, pengeluaran terkait renovasi rumah juga harus detil. Segera catat
semua pengeluaran per hari, apakah itu pengeluaran untuk membeli bahan bangunan, ataupun
untuk gaji tukang. Sediakan buku khusus untuk mencatat itu semua. Bisa saja sih paperless di hp atau pc, tapi untuk
hal ini saya sih lebih nyaman untuk tulis di buku. Buat tanda terima atau tanda
tangan di buku catatan tersebut dari mandor/tukang bahwa mereka sudah diberikan
bayaran. Simpan semua bukti pembelian bahan bangunan untuk arsip. Selalu cek
dan ricek lagi setiap pengeluaran yang ada, apakah sesuai dengan bukti
pembelian (kuitansi) atau tidak.
6. PENGAWASAN
Hahaha maapin ya kalau sub judul
ini terlihat garang. Tapi berdasarkan data yang saya dapat, setidaknya ada enam
responden yang memiliki pengalaman tidak mengenakkan ketika berurusan dengan
tukang bangunan. Dimulai dari ketidakdisiplinannya saat jam kerja, seharusnya dimulai
pukul 8 molor menjadi pukul 9 pagi, bersantai-santai saat jam kerja padahal
banyak hal yang bisa dikerjakan, pekerjaan berantakan, melakukan satu pekerjaan
terlalu lama, hingga memilihkan bahan bangunan yang kualitasnya buruk.
Semua hal tersebut tentunya
mengganggu proses pembangunan dan akan berdampak buruk pada hasil akhir
bangunan. Biaya yang dikeluarkan pun bisa saja menjadi semakin banyak karena
hasil akhir tidak sesuai, dan perlu mengganti/mengubah/menambah material bahan
bangunan. Maka, penting sekali untuk melakukan pengawasan langsung terhadap
kinerja para tukang bangunan.
Idealnya sih ya kalau bisa
mengawas setiap hari, bahkan selalu ada di tempat. Misalnya tinggal bareng satu
rumah dengan tukang (?). Atau kalau merasa terganggu dengan debu-debu yang ada,
bisa menyewa tempat lain sebagai temat menginap. Atau kalau mengungsi sementara
ke tempat orangtua atau mertua (seperti saya ini hahaha), proses pengawasan
bisa dilakukan per dua atau tiga hari sekali. Saya sendiri sih benar-benar
tidak bisa berada di rumah selama renovasi berlangsung. Karena debu pasir semennya
itu bisa mengganggu pernapasan banget ya, terutama pada anak-anak dapat
menyebabkan infeksi pernapasan akut.
Berdasarkan pengawasan ini, kita
dapat melihat sejauh mana perkembangan pekerjaan yang sudah dilakukan. Apakah
sesuai target, sesuai desain atau tidak. Jika belum, diskusikan lagi dengan
tukang/mandor. Jangan takut atau merasa sungkan, karena kita sendiri yang butuh
semua pekerjaan terselesaikan dengan baik. Semisal ada pekerjaan yang sedang ditunggu, seperti menunggu cor-an kering, kita bisa mengingatkan tukang untuk mengerjakan tugas yang lain. Lebih cepat selesai lebih baik! Oh ya, ngga semua tukang ceroboh atau ngga bisa diandalkan atau selalu berbuat curang. Ada juga yang memang pekerjaannya baik, rapi, dan bertanggung jawab tentu saja!
Sekian dan terima kasih karena sudah membaca tulisan yang panjang ini. Semoga tulisan nubi di dunia pertukangan ini bisa bermanfaat bagi yang lain. Postingan setelah ini rencananya adalah tentang perkembangan desain dapur rumah saya yang kemarin dikerjakan *hahhaha yakali aja ada yang tertarik baca dan liat*
Bye!
0 komentar