• HOME
  • IRT Lyfe
  • Parenthood
    • School
    • Ghazi
    • Hanuun
  • NTMS
  • Review
  • Marriage
  • Freebies

rachmah inayah



20:30
Saat ini anak-anak sudah tidur. Suami juga sedang keluar dalam beberapa jam ke depan. Ini waktunya saya sendiri menikmati waktu yang ada, me time katanya. Saya coba ambil brush pen untuk menulis tapi tidak mood. Akhirnya saya coba buka laptop dan menulis yang bisa saya tulis.

Mungkin ini waktunya saya berpikir ke belakang, apa yang sudah saya lakukan. Saya tahu, bahwa sekarang sampai beberapa tahun ke belakang adalah tahun-tahun terberat yang pernah saya lalui. Bahwa apa yang saya lalui ini hampir tidak perah terpikirkan sebelumnya akan seberat ini.
Sampai setiap hari hampir meminta tolong seperti berada dalam dua pilihan: menjadi baik, atau buruk. Melakukan sesuatu padahal dalam kepala tidak boleh. Ini masa-masa terberat saya. Yang saya tidak tahu kapan selesainya.

Saya punya dua anak yang jadi tanggung jawab. Tapi di satu sisi saya tidak yakin bahwa saya bisa memegang penuh tanggung jawab itu. Terlalu berat. Bahkan terasa tidak adil bagi saya memegang sendiri. Saya bahkan sering berfikir apakah seorang ibu akan selalu seperti ini, dibayang-bayangi tanggung jawab akan anak-anaknya, terasa seperti beban.

Bahwa seorang ayah sepertinya tidak mungkin punya tanggung jawab langsung sebesar ini --walaupun nyatanya memang ia punya tanggung jawab lebih besar terhadap keluarganya--. Bahwa apa yang dilakukan seorang anak tidak langsung berpengaruh pada seorang ayah, tapi ibunya, terutama segala kejadian buruk yang ada. Dan tak akan terasa jika sesuatu yang baik akan terbawa pada ibunya.

Saya yang sering berpikir bahwa pekerjaan ibu di rumah adalah hina. Segala kegiatan rumah dilakukan semata menjadikan nyaman orang yang ada di dalamnya. Meskipun ibu saya adalah seorang ibu di rumah, saya tak merasakan hina dalam dirinya. Mungkin saya yang merasa hina pada diri saya sendiri. Bahwa saya kehilangan sedikit demi sedikit kepercayaan diri, rasa berharga dalam diri, identitas diri saya yang lama hilang, entah kemana.

Saya punya mimpi jauh di belakang. Sudah bertahun-tahun saya kempit sendirian sampai perlahan serpihannya hilang, berganti menjadi tanggung jawab yang sepenuhnya tidak saya inginkan. Bukan saya tidak menginginkan kebahagiaan lain dari anak-anak, tapi terasa kebahagiaan lama saya hilang entah kemana. Sampai tak ada semangat lagi meraih mimpi saya yang lama. Masih ingin sih, tapi kapan ya bisa tercapai. Apakah masih bisa? Ataukah harus ikhlas saja begitu?

Kata orang, ini adalah pause button, masa-masa istirahat sementaramu. Dari hiruk pikuk dunia luar, dunia penuh impian, berkelana bebas, tinggi jauh semaumu. Iya, sekarang kamu harus diam dulu di situ. Menikmati segala rengekan, ocehan, tingkah menyebalkan anak-anakmu dulu. Masa untuk merekam segala senyum, tawa, celotehan, cium sayang dari anak-anakmu yang mungkin nanti tak akan kembali lagi. Iya berat memang menikmati masa istirahatmu ini, ngga segampang kata orang-orang yang sudah lebih dulu melewatinya. Eh tapi bukankah begitu? Semua bisa bilang ini itu mudah kalau sudah terlewat begitu saja, kan? Sabar ya, nikmati masa-masa krisismu ini. Coba bangun lagi kalau jatuh, tersenyum lagi kalau sudah selesai menangis, tahan amarahmu lempar ke bantal di kasur sana.

Masih kesal atau sedih tak ada harapan? Coba tulis lagi ya. Siapa tahu jadi berkurang dan bergani jadi lebih baik.

Jangan berlarut-larut. Berlebihan itu tidak baik.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar


Assalamu'alaikum. Hello guys! Welcome back to my blog! (cita-cita jadi youtuber yang tak kesampaian lol). Postingan kali ini antara serius banget nulisnya, tapi ngga terlalu yakin dan pede juga karena bukan ahli di bidangnya, tapi saya ingin sekali share ini ke teman-teman semua yang mungkin membutuhkannya.

Sebagai intermezzo, saya mau cerita nih. Selama lima tahun saya menikah, dua tahun pertama pernikahan, saya dan suami masih tinggal di rumah orangtua. Begitu tahun ketiga pindah di rumah sendiri, saya dan suami baru saja merasakan gonjang ganjingnya mengatur keuangan. Yang tadinya biaya rumah, listrik, makan sehari-hari, dll. numpang sama orangtua, sekarang harus sendiri. Selain itu, kami berdua bukan tipe yang mudah menghambur-hamburkan uang untuk beli barang branded misalnya. Atau bolak balik beli baju, tas, sepatu. Namun seringkali uang yang ada di ATM kok ya cepat sekali habisnya. Ada apakah gerangan? Oh ternyata setelah ditelusuri, uang yang hilang itu keluarnya ke makanan. Kami senang sekali makan di luar. Seminggu sekali makan di restoran. Setiap hari pasti beli makanan di luar, tidak pernah masak di rumah. Alhasil, sekitar 80% gaji suami habis untuk makan! *prok! prok!prok!* Bravo!

Lalu, gimana dong ya cara mengatasinya? Ya mau ngga mau harus rembukan dulu ya. Diskusi segala macam tentang perintila mengatur keuangan rumah, dan terkadang diselipi trial and error di bulan-bulan pertama karena belum terbiasa dengan pengeluaran yang ada. Belum tahu tuh listrik sebula itu habisnya berapa, belum tahu kalau makan sebulan itu habisnya berapa, belum lagi kalau sekali-kali diselingi makan di luar. Ya sempat aja di suatu masa di akhir bulan uang sudah tiris menipis, lalu merogoh segala kantong, berharap ada kepingan koin atau bahkan lembaran biru atau merah terselip di sana. Hahaha kalau dipikir-pikir waktu itu perjuangan amat ya. Alhamdulillah sekarang keadaan jauh lebih baik dan bisa mengatur dengan cukup baik.

Nah berikut ini saya jelaskan satu per satu langkah-langkahnya. Smeuanya ini saya dapat dari berbagai sumber ya, ada yang dari ceramah finansial keluarga, Instagram story orang-orang, dan yang paling penting sih pengalaman sendiri:

1. Tentukan dulu siapa manager dan pelaksana keuangannya.

Siapa yang mau mengatur keuangan di rumah? Apakah istri atau suami atau keduanya? Ada ya tipe keluarga yang keuangannya diatur semua oleh istrinya. Jadi setelah gajian, semua gaji ditransfer ke istri, dan istri bebas mengatur. Atau sebaliknya, suami yang sepenuhnya mengatur dan bayar, istri hanya mendapatkan yang jadi jatahnya saja. Ada juga yang seperti saya, istri dan suami bersama-sama mengatur.

Sebelum gajian, biasanya kami berembuk dulu. Pemasukan bulan ini akan dialokasikan kemana saja dan besarnya berapa. Setelah daftar pos-pos sudah ada, waktunya membagi tugas. Siapa yang akan membayarkan ini semua? Semisal saya bagian belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket dan kebutuhan memasak di pasar, tabungan, biaya tunjangan anak seperti popok, susu, dan barang-barang anak lainnya. Sedangkan suami bagian membayar listrik, cicilan rumah, iuran sampah dan keamaan komplek. Kami berdua mempertimbangkan ini supaya kami sama-sama tahu menahu soal keuangan di rumah. Jadi begitu defisit bisa cepat ditangani bersama, kalau ada lebihan lumayan kan bisa untuk liburan atau tambahan di tabungan. Selain itu kami tahu betul di masyarakat umum kalau masalah keuangan ini adalah masalah yang rawan konflik. Jikalau kami tahu besaran uang yang keluar dan masuk, insyaAllah bisa mengurangi potensi konflik yang ada.

2. Buat rencana pengeluaran keuangan

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, setelah menentukan manager, buat pos-pos pengeluaran.

Misalnya:
1. Pos untuk kebutuhan sehari-hari, terdiri dari:
- Belanja bahan makanan di pasar besarnya Rp 200.000 x 4 kali = Rp 800.000
- Belanja kebutuhan sehari-hari di supermarket/minimarket besarnya Rp 700.000
2. Pos untuk rumah tangga, terdiri dari:
- Listrik besarnya Rp 400.000
- Gas besarnya Rp 100.000
- Air galon Rp 20.000 x 12 galon = Rp 240.000
- Iuran sampah dan keamanan Rp 50.000
- Sevice alat elektronik, semacam cuci AC sebesar Rp 100.000
dan lainnya.

Besarnya pengeluaran tergantung dari masing-masing keluarga. Mungkin ada beberapa ahli perencanaan keuangan yang merekomendasikan persentase tiap pengeluaran. Misalnya besaran cicilan atau hutang maksimal 30% dari penghasilan, tabungan minimal 10%, dan sebagainya. Kalau bisa seperti itu alhamdulillah ya.

Setelah semua selesai, bagi tugas jika suami istri bersama-sama jadi pelaksana.
Oh ya, saya buat contoh tabel pengeluaran rumah tangga di bawah ya. Bisa diisi dan diubah sesuai keinginan, tapi hati-hati jika rumusnya terhapus :)

3. Taruh di amplop untuk pengeluaran yang bersifat tunai/cash (opsional)

Kalau sekarang mudah saja ya kalau mau transaksi ini itu. Makan di restoran tinggal pakai debit. Belanja di supermarket juga begitu. Tapi ya ngga semuanya bisa begitu kan. Seperti belanja di pasar masih harus pakai uang tunai, beli di warung pakai uang tunai. Mau ngga mau kita tetap harus sedia uang tunai di dompet. Kadangkala kalau sudah ambil uang tunai di ATM, tahu-tahu besoknya habis sudah yang ada di dompet. Mengutip dari instagram @annisast, rencananya mau beli air satu galon, kembaliannya lalu untuk beli cemilan, beli yang lainnya. Akhirnya uang kembalian habis. Mau tidak mau, akhirnya ambil uang lagi di ATM. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Saya juga baru tahu soal hal ini dan baru saya coba dalam beberapa bulan ke belakang.

Setelah tahu jelas pos-pos pengeluaran, hitung berapa total pengeluaran yang akan dibayar secara tunai. Lalu ambil uang tunai sejumlah itu, atau jika ragu, bisa ambil setengahnya, atau bisa dihitung per minggu. Misalnya dalam satu minggu total pengeluaran ada Rp 600.000, termasuk biaya makan, ke pasar, dll. Kemudian masukkan uang-uang tersebut ke dalam amlop yang sudah diberi keterangan. Satu amplop untuk makan, satu amplop untuk kebutuhan sehari-hari, satu amplop untuk rumah tangga, dll. Kalau sempat, bisa beli model amplop yang memiliki banyak sekat di dalamnya, namanya amplop akordeon. Kalau ngga, bisa tetap pakai amplop putih biasa.

Amplop akordeon (sumber)

4. Catat pengeluaran sekecil apapun

Ada saja lho orang dengan mobilitas tinggi sehari bisa keliling beberapa tempat. Seringkali, pengeluaran seperti parkir yang hanya Rp 2.000-3.000 ternyata kalau diakumulasi dalam sebulan bisa sampai puluhan ribu. Belum lagi kalau misalnya jalan-jalan di pusat perbelanjaan. Jika satu jam terhitung minimal Rp 3.000, dalam sekali jalan bisa 2 hingga 3 jam, dan sebulan bisa dua atau tiga kali bahkan lebih jalan-jalan, kebayang kan berapa uang yang keluar hanya dari biaya parkir? Karena nominalnya kecil jadi tidak terpikirkan sampai segitunya. Supaya uang tidak lari begitu saja, baiknya dicatat setiap kali transaksi. Atau paling tidak, waktu sebelum tidur bisa dipakai untuk review dalam sehari berapa pengeluaran yang ada.

Salah satu rekomendasi saya adalah dengan memakai aplikasi smartphone. Menurut saya dibanding dengan metode tulis tangan di buku atau input data di tabel excel misalnya, mengisi catatan di aplikasi ini hal paling mudah. Tampilannya user friendly, siapapun bisa mengakses, mudah dan cepat. Salah satu aplikasi kesukaan saya adalah "Expense IQ" yang sudah saya pakai sekitar satu setengah tahun ini.

Expense IQ

Fiturnya ada bermacam-macam. Versi gratisnya, kita bisa memasukkan 3 akun, misal uang tunai, bank, atau sumber keuangan lain. Kemudian pengeluaran bisa diatur sesuai jenis pos pengeluaran yang sudah kita buat sebelumnya. Ada juga fitur Report, yang berarti laporan keuangan dalam sebulan atau waktu yang kita tentukan (custom date range), misalnya pemasukan atau pengeluaran, cash flow, dan saldo. Aplikasi ini juga memungkinan kita untuk membuat rencana pengeluaran per jenisnya lho. Kalau begini akan lebih mudah melihat berapa budget dan uang yang sudah keluar.

Oh ya tapi tidak menutup kemungkinan ya bagi teman-teman lain yang punya aplikasi lebih baik lagi, atau bagi yang senang menulis di buku juga atau di tabel excel juga tidak masalah. Yang penting adalah pencatatan keuangan harus dilakukan secara konsisten.

5. Batasi diri

Hal ini mungkin hal yang paling sulit dari mengatur keuangan rumah tangga. Baru saja gajian, terasa punya banyak uang, lalu dibelikan ini itu padahal belum tentu butuh *ngacaa woy ngacaaaa ngahahaha*. Begitu menjelang akhir bulan, kaget lah bahwa uang hanya tinggal serpihan debu. Yah inilah yang jadi masalah. Kita harus tahu betul jatah pengeluaran sebesar ini. Jika sudah habis, stop. Jangan ambil dari pos yang lain. Jikalau memang terasa sungguh butuh dan tidak ada uang lagi, bisa ambil dari dana darurat. Tapi ini sungguh pilihan terakhir ya. 

Oh ya soal dana darurat dan tabungan harusnya ada bahasan khusus. Berhubung ilmu saya belum mumpuni, jadi saya rekomendasi ke pihak lain yang bisa menjelaskan ya hehehe silakan gugling :D

6. Tinjau ulang rencana dan realisasi pengeluaran

Setelah sebulan mencatat keuangan, lihat lagi dan bandingan dengan rencana pengeluaran yang ada sebelumnya. Apakah sudah sesuai rencana atau malah berlebih? Apakah bisa diubah atau tidak? Jika tidak, atur kembali dengan mengurangi pos-pos yang yang tidak terlalu perlu.

Supaya memudahkan dalam mengatur keuangan, saya lampirkan dokumen Excel yang berisi tabel pengeluaran bulanan dan tahunan. Semoga bermanfaat ya. Kalau ada yang kurang jelas, bisa tulis komentar di bawah, oke.



contoh tabel pengeluaran bulanan


contoh tabel pengeluaran tahunan




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me




Rachmah Fitrie Inayah

Assalamu'alaikum! Halo! Blog ini adalah lanjutan dari blog saya di Tumblr. Blog ini berisi kehidupan saya selama menikah, memiliki anak, dan rencana ke depan saya. Selamat menikmati :)

loading...

Tumblr Blog

  • Horehorere

Popular Posts

  • Tips Menyimpan Bahan Makanan di Kulkas
    Belakangan ini lagi ramai nih di kalangan ibu-ibu di instagram terutama yaa (saya sih liatnya di situ), sharing tentang cara menyimpa...
  • Preschool di Rumah
    Jadi ibu rumah tangga itu sama kayak wirausaha, harus banyak idenya. Sekali ngga ada ide, jreng. Udah deh kebanyakan leyeh-leyeh di r...
  • #Modyarhood : Berbagi Tugas dengan Suami
    Ehem. Jadi sekarang saya ikutan tema bulanannya #Modyarhood sekalian meramaikan blog ini yang isinya berniat seminggu sekali tapi ber...
  • Ramadhan Activity Pack Vol. 1 [FREEBIES]
    Wah wah wah sungguh! Ramadhan membuatku jadi lebih produktif! Alhamdulillah.. Itu sekarang, ngga tahu nanti lol. Semoga ngga ja...

Pengikut

Categories

  • Art
  • Buku
  • Daily life
  • Freebies
  • Ghazi
  • Haji
  • irt lyfe
  • menikah
  • ntms
  • Opini
  • Preschool
  • Ramadhan
  • Resep
  • Review
  • Techno
  • Vitamin Hati

Arsip Blog

  • ▼  2019 (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ▼  Juni (2)
      • Pause Button
      • Susah Gampang Mengatur Keuangan Rumah Tangga + Fre...
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (13)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)

A Part Of

Blogger Perempuan
indonesian hjab blogger
Live Traffic Feed
loading...

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates