• HOME
  • IRT Lyfe
  • Parenthood
    • School
    • Ghazi
    • Hanuun
  • NTMS
  • Review
  • Marriage
  • Freebies

rachmah inayah



Setelah sebelumnya saya membahas tentang rincian proses renovasi, ada bolehnya kalau postingan ini saya bahas tentang “Before and After” bagian rumah yang saya renovasi. Siapa tahu ada yang ingin mencoba renovasi rumah sendiri, ide dari saya bisa jadi salah satu masukan hehe.

Kalau dibuat ukurannya, lahan di belakang rumah ada sekitar 6x4 m2. Sebelum dibangun apa-apa, hanya ada tempat untuk mencuci piring dan meja dapur di salah satu sudut, serta pompa air di sudut yang lain. Karena sulit untuk beraktifitas tanpa atap sama sekali, suami sempat membuat menutupinya dengan terpal, tapi roboh ehehe. Seperti ini penampakannya *engga indah banget emang wkwk*


Kemudian, kami menambah kanopi saja tanpa dinding supaya tidak terkena hujan dan panas. Awalnya saya kira begitu, karena atap sudah dipasang jenis polikarbonat merek Solartuff. Tapi ternyata warna yang kami pilih tetap panas sehingga tidak cocok untuk area dapur


Kurang lebihnya seperti ini, ternyata saya ngga ada foto yang sudah dipasang atap solartuff seluruhnya haha. Pembagian areanya kurang lebih sama, hanya ditambah satu area lagi lebih besar sedikit untuk meja kompor.

Saya sendiri sebenarnya agak menyukai model dapur semi outdoor begini. Karena pemandangan di belakang rumah tergolong menyegarkan di pagi hari dan menenangkan di siang dan sore hari. Tapi menyeramkan di malam hari hahahaa. Saat pagi dan sore hari, saya sangat menikmati matahari terbit dan tenggelam, serta sayup-sayup suara adzan yang syahdu sangan menenangkan lho.


Tapi karena nyamuk, cicak, dan lalatnya yang sangat mengganggu kalau lahannya terlalu terbuka, maka hal ini tidak bisa dibiarkan huh!

Nah, mari kita berlanjut ke tahap renovasi. Sebelum renovasi dimulai, saya mencoba membuat sketsa kasar tentang desain dapur yang saya inginkan. Beberapa sumber dari Pinterest saya sertakan dalam desain sebagai contoh. Hal penting yang saya inginkan untuk dapur adalah:


Sketsa kasar area dapur, ruang makan, dan area jemur


Jendela harus besar supaya cahaya dan udara yang masuk cukup besar. Sirkulasi udara baik, pencahayaan juga baik tidak memerlukan lampu apapun kecuali malam hari.



Jendela ini berukuran 200x120 cm. Sebelumnya saya menginginkan ukuran jendela yang lebih besar lagi, sekitar 350x120 cm. Tapi karena ada miskomunikasi dengan tukang, akhirnya beginilah yang terjadi. Not bad juga sih yaa hehehe.

Jendela menggunakan aluminum berbentuk geser supaya kuat, mudah dibersihkan dan tidak memakan tempat, serta kaca bening supaya cahaya yang masuk tidak terhalang apapun


Memanfaatkan dinding sebagai media simpan supaya menghemat tempat. Caranya dengan membuat ambalan dinding untuk barang-barang yang sering digunakan, serta pemakaian kawat RAM untuk menaruh panci dan wajan.


Sebelumnya, saya membuat ambalan dari kayu jati. Bukan bikinan tangan sendiri kok, tapi memesan di tukang kayu dekat rumah yang di pinggir jalan itu lho hehe. Satu set ambalan beserta penahannya harganya Rp 80.000, berukuran 130x40 cm. Tapi sayangnya kurang kuat karena salah pemasangan. Seharusnya dipasang dengan menggunakan bor, tidak dipaku dengan palu. Akhirnya saya menggantinya dengan ambalan model cor yang cukup kuat.



Kawat RAM ini tergolong murah lho. Bisa dicari di marketplace online seperti Shopee atau Tokopedia. Kawatnya saya bei seharga Rp 45.000 dan pengaitnya sekitar Rp 1.000 hingga Rp 2.000

Terdapat area yang cukup untuk berkumpul. Berkumpul di dapur/ruang makan? Mengapa tidak? Karena sirkulasi udara dan cahaya cukup bagus, maka saya mengharapkan tempat ini jadi salah satu tempat berkumpulnya keluarga. Bisa baca buku atau bermain bersama.

Area memasak yang luas, sepanjang 350x60 cm. Sebenarnya, dari desain yang saya buat, area seperti ini sangat tidak memangkas waktu sih, karena jarak dari satu area ke area lain terlalu berjauhan. Tapi inilah yang bisa dimanfaatkan bagi saya yang orangnya jarang sekali berolahraga. Kalaupun di pagi hari saya memasak kira-kira satu setengah jam, maka satu setengah jam itulah saya pakai untuk mondar-mandir kulkas-kompor-bak cuci piring-kulkas-bak cuci piring-kompor begituuu terus ehehehehe. Lumayan ya olahraga bolak baliknya *alasan ae*

Area menjemur baju dipisahkan dari area dapur. Kalau sebelumya area menjemur disatukan, kali ini harus terpisah. Karena apa? Ngga indah banget sih lagi makan atau kumpul-kumpul tapi pemandangannya baju dalaman yang lagi dijemur hahaha. Makanya, saya buat ruangan khusus yang digunakan untuk menjemur. Ruangannya persis di sebelah ruang dapur & ruang makan, atap tertutup, tapi atapnya dibuat berbeda dengan dapur. Atapnya saya pakai Solartuff bekas kanopi sebelumnya. Atap ini cukup ampuh untuk digunakan sebagai menjemur. Cahaya dan panas matahari cukup banyak masuk ke area menjemur, tetapi tidak menganggu ke area dapur. Sudah dicoba, dalam sehari pakaian bisa kering walaupun dijemur di dalam rumah. Ruangan jemuran ini besarnya 4x1,5 m, dengan opsi lain kalau-kalau suatu saat mau dijadikan kamar, ruangan ini bisa beralih fungsi jadi kamar minimalis atau gudang ehehhee.

*maafkan jemuran tak indah pfft*

Sebenarnya saya menginginkan posisi pompa di bawah lantai sehingga tidak mengganggu lalu lalang. Ternyata setelah diposisikan di bawah lantai, air tidak mau keluar. Jadi mau tidak mau pompa diangkat lagi dan air kembali keluar. Namun popa ditutup dengan keramik di sisi-sisinya dan atasnya ditutup dengan kayu sehingga tidak terlihat. Sedangkan posisi mesin cuci terdapat di belakang meja makan yang lumayan ribet juga sih alurnya karena harus mengambil jalan memutari meja makan, tidak bisa lewat samping karena tertutup oleh pompa air.





Sekian bahasan tentang before and after area dapur dan ruang makan rumah saya. Semoga bisa jadi manfaat buat yang mau mendesain dapur seperti saya ehehee *kali aja ada*

*Tambahan:


Kalau ada yang bertanya, gorden meja dapur itu saya buat sendiri pakai mesin jahit mini *duh bukan bermaksud riya, tapi ingin memotivasi buibuk yang lain, kalau buat sendiri itu aseli lebih murmer banget! Jahitnya ga perlu rapi-rapi amaat. Ini saya juga blentang blentong miring-miring meliuk-liuk ngga karuang, tapi kalau sudah jadi satu kesatuan ngga kelihatan banget cacatnya lol* Saya beli kain meteran mereknya Star, motifnya macem-macem banget lucu-lucu! Semeter harganya Rp 19.000, silakan di cek di pasar online ya buibuk. Kalau mau bagus, panjangnya bisa dibuat dua kalinya supaya rampelnya kelihatan rapat dan manis.


*tuh kan dari dekat kelihatan cacat jahitnya ngahahah*

Nah yang suka jadi pertanyaan adalah, digantunginnya pakai apaan? Opsi pertama adalah pakai kabel kawat, banyaaak juga dijual di online. Cara pasangnya juga mudah banget, tinggal pasang paku di kedua ujung meja yang akan dipasang gorden, kemudian digantungkan aja deh kabel yang sudah dipasang kainnya. Namun untuk kasus saya, hal tersebut tidak bisa dipakai karena meja nya terlalu panjang. Sewaktu dipasang, kabel keberatan beban, akhirnya meleyot dan tidak indaaah. Akhirnya saya cari cara lain untuk memasangnya, yaitu dengan menggunakan pipa paralon! Pipa paralon yang berdiameter standar yaitu ½ inchi sudah cukup kuat untuk menopang beratnya kain gorden yang panjang. Cara memasangnya pun mudah, hanya dengan mengaitkan pipa dengan paku di kedua sisinya, sama seperti memasang dengan kabel kawat.

Share
Tweet
Pin
Share
3 komentar

Sudah lama sekali ya mau tulis blog tentang ini, tapi maju mundur. Masih hangat-hangat, semangat, tapi waktunya belum ada karena beberes rumah yang debunya buanyak banget duh hahahaha. Begitu sudah beres, semangatnya turun, dan hal-hal yang mau ditulis lupa semua.

Semoga kali ini bisa selesai semua, dan kalau ada yang terlupa, blog ini senantiasa terupdate setiap kali ingat. Ehehehehe

Alhamdulillah sudah lewat dari sebulan, rumah bagian belakang selesai direnovasi. Sebelumnya rumah saya ini dapurnya outdoor. Sekalian dijelaskan juga kali ya. Rumah saya luas bangunannya 36 m2, luas tanahnya 84 m2. Sedari awal beli, pengembang perumahan hanya menyediakan tempat cuci piring dan meja dapur kecil di lahan belakang rumah. Saya memang dasarnya ngga terlalu suka masak, tapi kalau kebutuhan sudah banyak, anak juga sudah makan ini itu, masa iya ngga masak-masak terus? Hahahaha. Menuruti kebutuhan itu, saya jadi sesekali sampai lumayan sering memasak. Kebayang yaa gimana rasanya masak dengan dikucuri sinar matahari sepanjang hari. Pagi-pagi okelah, kemudian siang makin panas, saya melipir ke depan, ngga jadi masak hahaha. Belum lagi kalau musim hujan datang, bisa seharian hujan, saya ngga masak sama sekali lol. Sempat dipasang terpal tapi akhirnya roboh juga karena badai *applause*.

Kemudian kami buat lahan belakang menjadi semi outdoor dengan hanya menggunakan kanopi. Kanopinya berbahan polikarbonat merek Solartuff. Penjelasannya silakan cari sendiri ya hahaha. Intinya sih ya, atap Solartuff ini bening, tapi ngga panas. Awalnya saya kira begitu, penjual kanopi juga bilang begitu. Tapi ternyata saya dan beliau juga ngga tau banget jelasnya. Padahal warna dan jenisnya pun mempengaruhi tingkat cahaya dan panas yang masuk ke rumah. Waktu itu saya pilih warna yang Bronze. Terang sih, tapi puanas juga kalau cahaya matahari lagi terik-teriknya. Setiap masak pun keringat bercucuran, semacam sauna pol. Bagus banget untuk jemur baju, setengah hari langsung kering, baju pun ngga akan basah karena keujanan. 
Persentase transmisi panas dan cahaya Solartuff berbeda tiap warnanya (sumber gambar)

Selain itu, dapur semi outdoor begini ternyata ngga bagus untuk lingkungan rumah saya, karena tikus dan cicaknya buanyaaaak. Setiap pagi, atau semisal rumah habis ditinggal beberapa hari, kotoran cicak bertebaran di mana-mana. Belum lagi debunyaaaaaaa, mamak mau nangis tiap kali bersihin huhuhu. Satu lagi alasannya yang mendesak adalah... karena ada biawak! Hahahahahha serius! Jadi, di belakang rumah itu ada sungai kecil dan ada tanah lapang juga. Sesekali ada biawak yang naik ke dinding rumah, hampir masuk gitu aja. Horor ga si lol. Tapi sebenarnya mereka ini takut sama manusia lho, kalau kita mendekat, mereka langsung kabur. Ya tetep sih ya, keselamatan nomor satu hahaha.



Akhirnya sampai dapat rezeki untuk renovasi rumah, kami rancang dengan sebenar-benarnya, sesuai yang SAYA mau hahahaha. Iya, soalnya saya yang setiap hari pakai, jadi saya yang full merancang semuanya. Sebenarnya waktu itu agak dadakan juga sih, karena langsung ditawari tukang yang lagi available. Dengar-dengar itu juga tukang langganan sepupu ipar, jadi okelah, kami pakai. Ternyata setelah merasakan sensasi renovasi rumah dan berurusan dengan pertukangan bangunan, ntaps juga yaaa. Saya jadi ingin berbagi tentang suka duka, serta perencanaan yang baiknya seperti apa, supaya nanti-nanti bisa mambangun rumah dengan lebih baik lagi. Nah untuk memudahkan, saya bagi menjadi beberapa bagian penjelasan ya.

1. MENDESAIN RUMAH

Sebenarnya, kalau punya bugdet untuk arsitek atau desain interior, pakailah. Seriously. Karena itu akan memudahkan proses desain mendesain, karena mereka yang benar-benar tahu seluk-beluk tentang bangunan. Tapi kalau ngga ada, kayak saya, yaudah pasrah lah ngahaha. Cobalah untuk improvisasi kemampuan diri, keluar dari zona nyaman, belajar ini itu *set dah sok bisa abis lol maapkan saya netijen*. Silakan banyak-banyak berdiskusi dengan orang yang pernah dan bahkan sering berurusan dengan bangun-membangun rumah.  Dapatkan tips dan triknya yang siapa tahu bisa membantu kita kemudian hari. Sebelum mendesain, cari dulu sebanyak-banyaknya sumber yang kita inginkan. Misalnya desain scandinavian itu seperti apa sih, minimalist itu seperti apa, mau dapur yang seperti apa. Saya sangat berterimakasih pada Pinterest yang menyediakan semua desain yang sangat menyejukkan mata. Silakan buibu cari di Pinterest untuk desain yang oke nan cantik rupawan.

Well done, Pinterest!

Buat desain 2D dan 3D, jelas beserta ukurannya.

Hal ini penting ya untuk menyamakan keinginan antara si empunya rumah dengan si tukang. Karena misalnya kita inginnya jendela sebesar ini, tapi ngga ada ukurannya, yhaa ngga mungkin si tukang bisa cenayang. Ini juga menghindari adanya kesalahan dalam membangun. Mau buat meja dapur setinggi 80 cm, tapi ternyata dibikin 60 cm yang ternyata malah kependekan ya ngga enak juga toh? Saya waktu itu pakai aplikasi gratis di Hp, namanya “Floor Plan Creator”.  Kita bisa buat desain 2 dimensinya. Perhatikan benar ya ukuran per sentinya, supaya prosesnya nanti jadi lebih jelas. Kalau sudah dibuat 2 dimensi, bisa diubah ke menu 3 dimensi, sehingga lebih memudahkan melihatnya. Libatkan juga furnitur di dalam ruangan tersebut, supaya tidak ada kesalahan dalam ukuran.

Aplikasi Floor Plan Creator (sumber gambar)


Pastikan juga, semua desain sudah oke berikut ukurannya tanpa ada perubahan sebelum diberikan ke tukang. Kalau desainnya berubah-ubah, si tukang jadi bingung, nanti hasilnya bisa tidak memuaskan kan ngga enak juga dilihatnya.

2. JENIS PEKERJAAN

Tulis secara rinci pekerjaan yang akan ditangani. Kalau perlu, buat daftar tertulis apa saja yang dikerjakan tukang dan apa yang kita tangani. Hal ini akan membantu memperjelas soal biaya jasa, ataupun material yang dibutuhkan. Misalnya pada pengalaman saya, tukang hanya bertanggung jawab membuat dinding hingga lubang jendela saja. Sedangkan daun jendela, saya dan suami yang memesan sendiri langsung ke penjual kaca dan alumunium. Tentunya anggaran jasa membuat daun jendela tidak termasuk pada jasa tukang.


3. PERTUKANGAN

Tentukan lebih dahulu mau pakai tukang yang model harian atau borongan. Masing-masing punya plus dan minus ya.

Tukang harian

Tentu saja bayarannya dihitung per hari per orang. Itu pun diperjelas, mau mengerjakan sehari dari pukul berapa hingga pukul berapa. Plusnya untuk tukang harian, pekerjaan bisa lebih rapi dan tidak terburu-buru. Minusnya, bisa saja ongkos jadi mahal karena lebih lama pengerjaannya dan orang yang mengerjakan lebih sedikit dibanding borongan.

Sedangkan tukang borongan,

bayarannya dihitung per pekerjaan, dihitung per tenggat waktu sampai berapa lama. Biasanya terdiri dari satu tim, ada mandor dan tukangnya. Misalnya: mengerjakan kanopi berapa jasanya, membuat ambalan berapa bayarannya, membuat meja dapur, pasang lantai, mengecat, membuat sekat ruangan. Ukurannya sebesar ini, modelnya sebesar ini, biaya jasanya berapa? Dan harus win-win solution ya. Iya, sedetil itu, HARUS sedetil itu, supaya tidak menyesal kemudian. Perhatikan juga bagaimana model komunikasi dan pekerjaan mereka. Biasanya kita hanya menjelaskan semua desain kepada mandor. Kemudian dari mandor diteruskan ke tukang. Sama tidak penjelasannya dari yang kita rinci? Apakah si tukang paham betul dengan desain yang akan dia kerjakan? Hasil akhir yang menentukan pastinya ada di tukang.

Lalu soal sistem pembayaran. Ada tukang yang menginginkan beberapa bagian bayaran di awal karena untuk membeli bahan (jika kita tidak ikut dalam pembelian bahan bangunan), ada yang bersedia dibayarkan setiap minggunya, atau bahkan di akhir setelah pekerjaan selesai. Hal ini harus dipastikan juga supaya tidak terjadi miskomunikasi.

Tentunya pekerjaan harus selalu diawasi ya, karena kan kita ngga tahu misalkan ada tukang yang nakal berlama-lama dalam bekerja, sehingga bayaran tukang harian menjadi mahal, atau pekerjaan tukang borongan menjadi terburu-buru karena sudah hampir kena tenggat waktu.

Satu lagi, pastikan di awal, apakah tukang bersedia untuk menggaransi pekerjaannya. Semisal ada atap yang bocor, apakah mereka bersedia untuk membetulkannya secara gratis? Atau bagaimana kesepakatan yang lebih baik?

4. BUDGETING

Ini nih hal paling penting bangeet! Jangan sampai pengeluaran untuk renovasi besarnya hingga dua kali lipat dari rencana awal. Iya kalau ada anggaran dananya, kalau ngga ada, bisa buntung! Hal ini yang terjadi pada saya kemarin, karena dana di awal tidak dijelaskan serinci mungkin terkait bahan-bahan dan jenis pekerjaannya. Ada bahan-bahan yang wah banyak sekali belum masuk daftar budget, ada jenis pekerjaan yang akhirnya nambah lagi, bengkak lah pengeluarannya.

Benar-benar harus dijelaskan serinci mungkin yaa. Beneraan! Sekecil keran yang mungkin harganya cuma puluhan ribu, atau kabel listrik yang cuma berapa ribu. Karena hal sekecil itu bisa berpengaruh lho ketika ditotal.

Kalau bisa survei bahan lebih dahulu akan lebih bagus, gengs. Harga semen berapa, pasir, cat, keramik, plafon, kabel, lampu, keran, dll. Biasanya tukang/mandor bisa mengira-ngira berapa kebutuhan yang akan dipakai. Tinggal dikali dengan harga barang yang sudah kita survei. Sedetil mungkin ya, jangan sampai ada bahan yang terlewat. Kalaupun ada beda harga di akhir, tidak sampai terlalu banyak selisihnya.

Contohnya seperti ini ya untuk budgeting dengan memakai jasa pekerja borongan:

BAHAN
Semen 5 sak               @ Rp 42.000 x 5   = Rp 210.000
Pasir 1 lot                                                  = Rp 240.000
Keramik 20 dus          @ Rp 50.000 x 20 = Rp 1.000.000
Dst.

JASA
Pasang kanopi                       Rp 4.000.000
Ambalan dapur                     Rp    300.000
Meja Dapur                           Rp 1.000.000
Tambal dinding retak & cat  Rp    500.000
Dst.

5. PENCATATAN KEUANGAN

Sama seperti pengeluaran sehari-hari, pengeluaran terkait renovasi rumah juga harus detil. Segera catat semua pengeluaran per hari, apakah itu pengeluaran untuk membeli bahan bangunan, ataupun untuk gaji tukang. Sediakan buku khusus untuk mencatat itu semua.  Bisa saja sih paperless di hp atau pc, tapi untuk hal ini saya sih lebih nyaman untuk tulis di buku. Buat tanda terima atau tanda tangan di buku catatan tersebut dari mandor/tukang bahwa mereka sudah diberikan bayaran. Simpan semua bukti pembelian bahan bangunan untuk arsip. Selalu cek dan ricek lagi setiap pengeluaran yang ada, apakah sesuai dengan bukti pembelian (kuitansi) atau tidak.

6. PENGAWASAN

Hahaha maapin ya kalau sub judul ini terlihat garang. Tapi berdasarkan data yang saya dapat, setidaknya ada enam responden yang memiliki pengalaman tidak mengenakkan ketika berurusan dengan tukang bangunan. Dimulai dari ketidakdisiplinannya saat jam kerja, seharusnya dimulai pukul 8 molor menjadi pukul 9 pagi, bersantai-santai saat jam kerja padahal banyak hal yang bisa dikerjakan, pekerjaan berantakan, melakukan satu pekerjaan terlalu lama, hingga memilihkan bahan bangunan yang kualitasnya buruk.

Semua hal tersebut tentunya mengganggu proses pembangunan dan akan berdampak buruk pada hasil akhir bangunan. Biaya yang dikeluarkan pun bisa saja menjadi semakin banyak karena hasil akhir tidak sesuai, dan perlu mengganti/mengubah/menambah material bahan bangunan. Maka, penting sekali untuk melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja para tukang bangunan.

Idealnya sih ya kalau bisa mengawas setiap hari, bahkan selalu ada di tempat. Misalnya tinggal bareng satu rumah dengan tukang (?). Atau kalau merasa terganggu dengan debu-debu yang ada, bisa menyewa tempat lain sebagai temat menginap. Atau kalau mengungsi sementara ke tempat orangtua atau mertua (seperti saya ini hahaha), proses pengawasan bisa dilakukan per dua atau tiga hari sekali. Saya sendiri sih benar-benar tidak bisa berada di rumah selama renovasi berlangsung. Karena debu pasir semennya itu bisa mengganggu pernapasan banget ya, terutama pada anak-anak dapat menyebabkan infeksi pernapasan akut.

Berdasarkan pengawasan ini, kita dapat melihat sejauh mana perkembangan pekerjaan yang sudah dilakukan. Apakah sesuai target, sesuai desain atau tidak. Jika belum, diskusikan lagi dengan tukang/mandor. Jangan takut atau merasa sungkan, karena kita sendiri yang butuh semua pekerjaan terselesaikan dengan baik. Semisal ada pekerjaan yang sedang ditunggu, seperti menunggu cor-an kering, kita bisa mengingatkan tukang untuk mengerjakan tugas yang lain. Lebih cepat selesai lebih baik! Oh ya, ngga semua tukang ceroboh atau ngga bisa diandalkan atau selalu berbuat curang. Ada juga yang memang pekerjaannya baik, rapi, dan bertanggung jawab tentu saja!


Sekian dan terima kasih karena sudah membaca tulisan yang panjang ini. Semoga tulisan nubi di dunia pertukangan ini bisa bermanfaat bagi yang lain. Postingan setelah ini rencananya adalah tentang perkembangan desain dapur rumah saya yang kemarin dikerjakan *hahhaha yakali aja ada yang tertarik baca dan liat*

Bye!
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me




Rachmah Fitrie Inayah

Assalamu'alaikum! Halo! Blog ini adalah lanjutan dari blog saya di Tumblr. Blog ini berisi kehidupan saya selama menikah, memiliki anak, dan rencana ke depan saya. Selamat menikmati :)

loading...

Tumblr Blog

  • Horehorere

Popular Posts

  • Tips Menyimpan Bahan Makanan di Kulkas
    Belakangan ini lagi ramai nih di kalangan ibu-ibu di instagram terutama yaa (saya sih liatnya di situ), sharing tentang cara menyimpa...
  • Preschool di Rumah
    Jadi ibu rumah tangga itu sama kayak wirausaha, harus banyak idenya. Sekali ngga ada ide, jreng. Udah deh kebanyakan leyeh-leyeh di r...
  • #Modyarhood : Berbagi Tugas dengan Suami
    Ehem. Jadi sekarang saya ikutan tema bulanannya #Modyarhood sekalian meramaikan blog ini yang isinya berniat seminggu sekali tapi ber...
  • Ramadhan Activity Pack Vol. 1 [FREEBIES]
    Wah wah wah sungguh! Ramadhan membuatku jadi lebih produktif! Alhamdulillah.. Itu sekarang, ngga tahu nanti lol. Semoga ngga ja...

Pengikut

Categories

  • Art
  • Buku
  • Daily life
  • Freebies
  • Ghazi
  • Haji
  • irt lyfe
  • menikah
  • ntms
  • Opini
  • Preschool
  • Ramadhan
  • Resep
  • Review
  • Techno
  • Vitamin Hati

Arsip Blog

  • ►  2019 (4)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2018 (13)
    • ►  September (1)
    • ▼  Agustus (2)
      • Dapur Sebelum dan Sesudah Renovasi
      • Tentang Membangun, Merenovasi Rumah, dan Pertukangan
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (3)
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2017 (4)
    • ►  November (2)
    • ►  September (2)

A Part Of

Blogger Perempuan
indonesian hjab blogger
Live Traffic Feed
loading...

Created with by ThemeXpose | Distributed By Gooyaabi Templates