Gadget Untuk Anak?

by - November 26, 2017


Udah lama ngga posting blog lagi, kali ini saya mau coba berbagi tentang barang-barang elektronik untuk anak. Hayoo siapa di sini yang ngasih gadget untuk anak? Gadget ini lingkupnya barang elektronik untuk hiburan, seperti handphone, televisi, komputer tablet, atau bahkan laptop juga komputer.

Saya sendiri kasih handphone dan televisi untuk Ghazi. Tentu saja pakai jam tertentu. Awalnya malah ngga pakai sama sekali, jadi sejadinya dia minta dan saya boleh, oke. Tapi malah tidak terkontrol. Akhirnya saya batasi waktu mainnya. Setiap kali main, saya kasih waktu 5 menit. Sehari bisa sampai lima kali main.

Saya yang awalnya biasa-biasa saja memberikan handphone (hp) kepada anak, sekarang jadi mikir berkali-kali. Karena apa? Belakangan saya bikin perbandingan saat Ghazi diberikan hp secara bebas (setiap kali minta dikasih), dengan sama sekali tidak diberikan seharian penuh. Hasilnya? Cukup mengejutkan sih.

Pada waktu diberikan hp secara bebas maupun terukur waktunya (waktu bermain 5 menit per sekali diberikan tapi cukup sering), tingkah laku Ghazi cenderung lebih susah diatur, lebih sering tantrum, toilet training berantakan, cenderung cuek dengan keadaan sekitar (dipanggil tidak menyahut, super fokus hanya ke hp). Begitu saya dan suami sepakat untuk tidak memberikan hp pada Ghazi (sesekali hanya satu atau dua kali per hari itupun sekarang jarang kalau bisa dibilang), perilakunya jaaauuuh lebih menyenangkan. Ghazi jadi lebih aktif bermain, utak-atik mainan, kesadaran dirinya lebih baik bisa dilihat dari toilet trainingnya yang makin baik, bisa menahan air kecil dan besar, bak bab di kamar mandi, dan jaaauuuh lebih menurun drastis masa-masa tantrumnya.

Terasa lebih baik banget kan. Alhamdulillah.

Sungguh lho. Handphone itu bener-bener bikin anak jadi super ketagihan dan manfaatnya lebih kecil daripada kerugiannya. Waktu itu puncaknya ketika tengah malam, Ghazi mengigau “Mau haapeeee mau haapee”. Atau persis bangun tidur, kalimat pertama yang diucapkannya malah “Mau hape mama”. Kemudian tantrum berlarut-larut jika tidak diberikan. Duh meuni sedih pisan lihat anak kayak begitu. Saya dan suami berkomitmen untuk mulai lagi pukul 18:00 sampai 21:00 tidak memainkan handphone, dan fokus pada komunikasi keluarga saja entah itu bermain, makan bersama, atau bercerita.

Prosesnya memang ngga gampang. Butuh waktu dan benar-benar serius menjalaninya. Saya sampai ngumpet sana-sini kalau mau pegang handphone. Padahal saya jualan online yang lebih enak fast respond ke pembeli. Sambil mengisi waktu luang seharian, saya kasih kegiatan sebisa saya. Bisa bermain messy play kalau saya lagi niat, atau kasih aja kertas dan alat tulis atau cat air, bisa juga bermain puzzle atau mobil-mobilan. Bisa juga saya membacakan buku cerita sampai mulut berbusa karena udah selesai satu buku, minta nambah yang lain sampe mulut kering*lol*


Memang bebas sih ya masing-masing keputusan tiap orangtua dan keluarga. Tapi buat saya, sepertinya ini keputusan yang terbaeq. Bolehlah Ghazi dan Hanuun bisa dapat akses full gadget. Tapi nanti, saat mereka memang benar-benar membutuhkannya, saat mereka sekolah atau bekerja. Sekarang, waktunya mereka mengeksplorasi dunia lewat lingkungan dan orang-orang terdekatnya.

You May Also Like

0 komentar